Rabu, 15 Februari 2012

Cerita Aku


1
Hari itu namapak begitu cerah. Seperti biasa Shinta membantu ayahnya yang kebetulan berjualan didepan RS. Shinta kesehariannya tidak terlalu ceria semenjak kejadian 11bulan yang lalu. Dia selalu merasa sedih dan murung dia selalu berfikir “bagaimana caranya supaya saya cepat meninggalkan dunia ini?” karena dia sudah tak mempunyai semangat hidup.
Dan saat dia berfikir seperti itu tiba-tiba dia melihat seorang Pastur sedang bermain sepeda. Hmm, biasanya orang-orang didaerahnya memanggil Pastur dengan sebutan Rama. Nama Pastur itu Adi. Ya orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan Rama Adi. Rama Adi merupan salah seorang Pejabat Gereja yang sangat ramah pada umatnya, dan bukan hanya pada umat tetapi juga pada semua orang sehingga banyak yang suka (bukan suka dalam arti tanda “...”). Tetapi lain halnya dengan Shinta, dia kadang suka merasa risih jika bertemu dengan Rama Adi. Karena dia berfikir “Apa sih tu orang so kenal so deket! Dia berfikir kenapa sih Rama Adi tuh orangnya reseh”.
Lalu Rama Adi menghampiri Shinta yang sedang duduk.
“Hai..” sapa Rama Adi
“Selamat siang Rama” balas Shinta.
Entah apa yang mereka bicarakan saat itu, tetapi tiba-tiba..
                “Shin, Rama minta nomor hp nya Shinta.” Pinta Rama Adi
Shinta berfikir sejenak (aduh buat apa tuh orang minta nomor hp aku -.-)
                “Ya udah mana nomor Ramanya?” sambung Shinta.
                “Saya pake nomor XL tapi karna sinyalnya sering ilang saya kasih yang AS aja ni nomornya 085214820***.” Jawab Rama Adi.
                “siip..”  ucap Shinta
Saat itu pula sinta langsung mengirim sebuah pesan singkat..
From     : 087724016***
Sinta.
                “Iya, Shinta.” Kata Rama Adi.
Setelah itu Rama Adi kembali bermain sepeda dan mulai masuk kedalam Gereja. Mungkin mau istirahat. Shinta juga tak memikirkan lagi untuk apa Rama Adi meminta nomor handphonenya. Karena dia juga sedikit pelupa. Mungkin sejak itu mereka sering saling menyapa melalui pesan singkat. Ya mungkin hanya sapaan selamat pagi.
                Hari itu hari Rabu ya biasa anak sekolah pasti bersekolah. Shinta disekolah menyendiri terus. Lalu seorang temannya menyapa dia.
                “Kenapa Caeli? Kok sendiri aja? Gabung yuk!” tanya Desty.
                “Ngga kok, silahkan aja. Aku lagi pengen sendirian.” Jawab Shinta.
                “Loh, kenapa? Sok cerita sama aku.”sambung Desty.
                “Ngga Des, makasih.” Singkat Shinta.
Desty pun berlalu meninggalkan Shinta sendirian. Saat Shinta sendirian dia merenung dia merasa sangat berdosa pada Ayahnya, dan dia merasa dia sudah melukai hati Ayahnya yang selama ini merawat, menjaga, dan mengurusinya sejak kecil. Ayah yang selalu menuruti semua keinginan dia, menyayangi dia sepenuh hati meskipun  seorang diri. Dia menangis disana sejadi-jadinya(merasakan sakit teramat sangat karena telah membuat orang yang satu-satunya dia punya tersakiti hatinya oleh kelakuan dan perkataan dia). Tiba-tiba seorang temannya menghampiri.
                “Kenapa Ta? Kok nangis? Ada masalah apa Ta?”tanya Eka mengagetkan Shinta yang sedang menangis.
                “eh,, Ka. Ngga aku ngga kenapa-kenapa kok.” Jawab Shinta.
                “Ah bohong kamu. Aku udah tau kamu Ta. Sok cerita ada masalah apa? Kalau Ka bisa bantu pasti Ka bantu deh.” Ucap Eka.
Eka adalah teman baik Shinta dari pertama dia masuk SMA Negeri.
                “Iya Ka, aku lagi sedih. Aku ngerasa salah banget sama Ayah aku. Aku ngerasa jadi anak paling berdosa udah buat ayah aku sendiri nangis gara-gara aku.” Terang Shinta.
                “Memangnya kamu nya ngapain sampe buat ayah nangis?” tanya Eka lagi.
                “Ya gitu ajalah Ka. Aku ngga bisa kasih tau lebih jelas.”
                “Oh yaudah kalau gitu. Nanti pulang sekolah kamu minta maaf aja sama Ayahnya. Bilang kalau kamu menyesal. Dan kamu juga harus janji ngga akan ngulang kesalahan yang sama.” Saraan Eka.
                “Minta maaf? Apa bisa anak kaya aku dimaafin? Apa mau ayah aku maafin aku?” kata Shinta sambil menghapus air matanya.
                “Tentu, mengapa tidak? Ngga ada orang tua yang membenci anakya sendiri Ta. Ayah kamu pasti maafin kamu kok. Coba aja.” Jelas eka, lalu memberikan sehelai tissue pada Shinta.
                “Iya deh aku coba, makasih ya Ka.”
                “Iya sayang sama-sama, udah jangan nangis lagi ya. Semangat! Ya udah aku pergi dulu kekelas ya udah hampir bel masuk ni.” Ucap eka, Lalu meninggalkan Shinta.
                “Sekali lagi makasih ya Ka.”  Kata Shinta.
Shinta memikirkan saran dari Eka tadi. Kebetulan pelajaran hari itu kosong gurunya tidak masuk ada acara. Sehingga Shinta bisa merenungkan saran itu berkali-kali. Tetapi Shinta belum berani untuk meminta maaf pada ayahnya itu karena Shinta takut ayahnya tidak akan memaafkannya.
*****





















2
Teng..teng..teng
                Bel pulang sudah berbunyi. Shinta segera merapihkan buku-bukunya dan memasukannya kedalam tas. Lalu dia segera pergi ke parkiran, karena dia ingin cepat-cepat pulang. Dia sudah tak tahan ingin meluapkan isi hatinya dengan menangis dirumah. Sesampainya dirumah Shinta segera melempar tasnya dan langsung mengunci diri dikamar. Hal ini biasa dia lakukan jika dia sedang bersedih, ataupun marah.
                Didalam kamar dia menangis kembali di bantal tangisnya. Mungkin karena terlalu sedih dia menangis pun hampir beberapa jam. Saat itu dia merasa kepalanya agak sedikit pusing sehingga dia pun tertidur.. hzz..hzzz
17.00
Shinta terbangun karena mendengar bunyi handphonenya “wah sudah jam 5 sore, sms dari siapa sih?”. Lalu Shinta melihat handponenya. Dan membaca pesan singkat itu.
From     : 087724007***
Hai, Ta lagi apa???????
Shinta kesal “huh, apaan sih tuh orang ganggu aja. Mending aku mandi aja deh.”
Whhs.... Whhs.... Whhs....
Setelah selesai mandi dia pun menonton televisi. Meskipun dia sudah berumur 16th tapi dia masih suka menonton “spongebob squerpants”. Itu merupakan acara favorit dia. Karena acara itu selalu bisa membuatnya tertawa kembali. Sekarang  ‘mood’ nya sudah kembali membaik. Dia pergi ke dapur untuk memasak makanan karena perutnya sudah merasa lapar sejak kemarin tidak diisi nasi. Bergumam “mau masak apa ya? Bingung ah yang praktis aja deh buat omelet.”
                Omelet yang dibuatnya pun telah jadi lalu Shinta segera mengambil nasi. Karena perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Shinta dirumah sendirian karena dia hanya tinggal dengan ayahnya saja, dan ayahnya belum pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar