1
Hari itu namapak begitu cerah.
Seperti biasa Shinta membantu ayahnya yang kebetulan berjualan didepan RS.
Shinta kesehariannya tidak terlalu ceria semenjak kejadian 11bulan yang lalu.
Dia selalu merasa sedih dan murung dia selalu berfikir “bagaimana caranya
supaya saya cepat meninggalkan dunia ini?” karena dia sudah tak mempunyai
semangat hidup.
Dan saat dia berfikir seperti itu
tiba-tiba dia melihat seorang Pastur sedang bermain sepeda. Hmm, biasanya
orang-orang didaerahnya memanggil Pastur dengan sebutan Rama. Nama Pastur itu
Adi. Ya orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan Rama Adi. Rama Adi
merupan salah seorang Pejabat Gereja yang sangat ramah pada umatnya, dan bukan
hanya pada umat tetapi juga pada semua orang sehingga banyak yang suka (bukan
suka dalam arti tanda “...”). Tetapi lain halnya dengan Shinta, dia kadang suka
merasa risih jika bertemu dengan Rama Adi. Karena dia berfikir “Apa sih tu
orang so kenal so deket! Dia berfikir kenapa sih Rama Adi tuh orangnya reseh”.
Lalu Rama Adi menghampiri Shinta
yang sedang duduk.
“Hai..” sapa Rama Adi
“Selamat siang Rama” balas Shinta.
Entah apa yang mereka bicarakan saat itu, tetapi tiba-tiba..
“Shin,
Rama minta nomor hp nya Shinta.” Pinta Rama Adi
Shinta berfikir sejenak (aduh buat apa tuh orang minta nomor
hp aku -.-)
“Ya
udah mana nomor Ramanya?” sambung Shinta.
“Saya
pake nomor XL tapi karna sinyalnya sering ilang saya kasih yang AS aja ni
nomornya 085214820***.” Jawab Rama Adi.
“siip..” ucap Shinta
Saat itu pula sinta langsung mengirim sebuah pesan singkat..
From : 087724016***
Sinta.
“Iya,
Shinta.” Kata Rama Adi.
Setelah itu Rama Adi kembali bermain sepeda dan mulai masuk
kedalam Gereja. Mungkin mau istirahat. Shinta juga tak memikirkan lagi untuk
apa Rama Adi meminta nomor handphonenya. Karena dia juga sedikit pelupa. Mungkin
sejak itu mereka sering saling menyapa melalui pesan singkat. Ya mungkin hanya
sapaan selamat pagi.
Hari
itu hari Rabu ya biasa anak sekolah pasti bersekolah. Shinta disekolah
menyendiri terus. Lalu seorang temannya menyapa dia.
“Kenapa
Caeli? Kok sendiri aja? Gabung yuk!” tanya Desty.
“Ngga
kok, silahkan aja. Aku lagi pengen sendirian.” Jawab Shinta.
“Loh,
kenapa? Sok cerita sama aku.”sambung Desty.
“Ngga
Des, makasih.” Singkat Shinta.
Desty pun berlalu meninggalkan Shinta sendirian. Saat Shinta
sendirian dia merenung dia merasa sangat berdosa pada Ayahnya, dan dia merasa
dia sudah melukai hati Ayahnya yang selama ini merawat, menjaga, dan
mengurusinya sejak kecil. Ayah yang selalu menuruti semua keinginan dia, menyayangi
dia sepenuh hati meskipun seorang diri.
Dia menangis disana sejadi-jadinya(merasakan sakit teramat sangat karena telah
membuat orang yang satu-satunya dia punya tersakiti hatinya oleh kelakuan dan
perkataan dia). Tiba-tiba seorang temannya menghampiri.
“Kenapa
Ta? Kok nangis? Ada masalah apa Ta?”tanya Eka mengagetkan Shinta yang sedang
menangis.
“eh,,
Ka. Ngga aku ngga kenapa-kenapa kok.” Jawab Shinta.
“Ah
bohong kamu. Aku udah tau kamu Ta. Sok cerita ada masalah apa? Kalau Ka bisa
bantu pasti Ka bantu deh.” Ucap Eka.
Eka adalah teman baik Shinta dari pertama dia masuk SMA
Negeri.
“Iya
Ka, aku lagi sedih. Aku ngerasa salah banget sama Ayah aku. Aku ngerasa jadi
anak paling berdosa udah buat ayah aku sendiri nangis gara-gara aku.” Terang Shinta.
“Memangnya
kamu nya ngapain sampe buat ayah nangis?” tanya Eka lagi.
“Ya
gitu ajalah Ka. Aku ngga bisa kasih tau lebih jelas.”
“Oh
yaudah kalau gitu. Nanti pulang sekolah kamu minta maaf aja sama Ayahnya.
Bilang kalau kamu menyesal. Dan kamu juga harus janji ngga akan ngulang
kesalahan yang sama.” Saraan Eka.
“Minta
maaf? Apa bisa anak kaya aku dimaafin? Apa mau ayah aku maafin aku?” kata
Shinta sambil menghapus air matanya.
“Tentu,
mengapa tidak? Ngga ada orang tua yang membenci anakya sendiri Ta. Ayah kamu
pasti maafin kamu kok. Coba aja.” Jelas eka, lalu memberikan sehelai tissue
pada Shinta.
“Iya
deh aku coba, makasih ya Ka.”
“Iya
sayang sama-sama, udah jangan nangis lagi ya. Semangat! Ya udah aku pergi dulu
kekelas ya udah hampir bel masuk ni.” Ucap eka, Lalu meninggalkan Shinta.
“Sekali
lagi makasih ya Ka.” Kata Shinta.
Shinta memikirkan saran dari Eka tadi. Kebetulan pelajaran
hari itu kosong gurunya tidak masuk ada acara. Sehingga Shinta bisa merenungkan
saran itu berkali-kali. Tetapi Shinta belum berani untuk meminta maaf pada
ayahnya itu karena Shinta takut ayahnya tidak akan memaafkannya.
*****
2
Teng..teng..teng
Bel
pulang sudah berbunyi. Shinta segera merapihkan buku-bukunya dan memasukannya
kedalam tas. Lalu dia segera pergi ke parkiran, karena dia ingin cepat-cepat
pulang. Dia sudah tak tahan ingin meluapkan isi hatinya dengan menangis
dirumah. Sesampainya dirumah Shinta segera melempar tasnya dan langsung
mengunci diri dikamar. Hal ini biasa dia lakukan jika dia sedang bersedih,
ataupun marah.
Didalam
kamar dia menangis kembali di bantal tangisnya. Mungkin karena terlalu sedih
dia menangis pun hampir beberapa jam. Saat itu dia merasa kepalanya agak
sedikit pusing sehingga dia pun tertidur.. hzz..hzzz
17.00
Shinta terbangun karena mendengar bunyi handphonenya “wah
sudah jam 5 sore, sms dari siapa sih?”. Lalu Shinta melihat handponenya. Dan
membaca pesan singkat itu.
From : 087724007***
Hai, Ta lagi
apa???????
Shinta kesal “huh, apaan sih tuh orang ganggu aja. Mending
aku mandi aja deh.”
Whhs.... Whhs.... Whhs....
Setelah selesai mandi dia pun menonton televisi. Meskipun
dia sudah berumur 16th tapi dia masih suka menonton “spongebob
squerpants”. Itu merupakan acara favorit dia. Karena acara itu selalu bisa membuatnya
tertawa kembali. Sekarang ‘mood’ nya
sudah kembali membaik. Dia pergi ke dapur untuk memasak makanan karena perutnya
sudah merasa lapar sejak kemarin tidak diisi nasi. Bergumam “mau masak apa ya?
Bingung ah yang praktis aja deh buat omelet.”
Omelet
yang dibuatnya pun telah jadi lalu Shinta segera mengambil nasi. Karena
perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Shinta dirumah sendirian karena
dia hanya tinggal dengan ayahnya saja, dan ayahnya belum pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar